Recent News

Selamat datang kawan di blog personal saya. Semoga anda tidak muntah membaca semua postingannya.

Sabtu, 14 Agustus 2010

Di penjara Jakarta

Sudah dua hari ini gua pergi ke Jakarta guna menghadiri panggilan dari salah satu perusahan Retail yang cukup terkenal : Metro. Di daerah senayan,tepatnya lagi Plaza Senayan. Rencananya gua akan kerja sebagai SPB (Sales Promotion Boy) untuk counter baju muslim selama bulan suci ramadhan ini di sana. Suasana Jakarta yang panas,macet,dan berkabut (tau kan maksudnya) membuat gua sedikit down duluan,apalagi di tambah dengan gua nggak tau sama sekali di mana itu Plaza Senayan. Yaps,pada hari pertama ini gua berhasil mengelilingi Jakarta dari blok M hingga Harmoni terus begitu sampai tiga kali tanpa henti untuk mencari tau di mana itu Plaza Senayan. Dan pada puteran yang ketiga kalinya gua berusaha untuk menelpon Ayah gua yang kebetulan kerja di daerah sudirman. “Pa,Plaza Senayan di mana ?” “Posisi aa di mana sekarang ?” “Di Bulungan” “Yodah,belok kiri terus bcxrflagfvwyfffg” telpon-pun terputus karna pulsa habis,sial. Dengan modal arahan tuk berbelok kiri yang ayah anjurkan. Gua pun langsung menjalani amanat tersebut. Total keseluruhan dalam puteran hari ini bertambah satu menjadi empat. Setelah melewati beberapa lampu merah firasat gua mengatakan untuk belok ke kiri ke arah kampus Moestopo. Gua membanting kiri ke arah tersebut dan melihat sebuah billboard besar nan menawan bertuliskan “Sctv Tower” dan gua lihat sampingnya berdiri kokoh sebuah gedung : Suncity. Laju motor gua perlambat sedikit untuk melihat gedung apa yang ada di depan Suncity dan WOW!!!, itu gedung yang selama empat puteran ini gua cari (Plaza Senayan). Kesal bukan kepalang, tempat ini udah gua lewati lebih dari tiga kali dalam sehari ini dan pada puteran keempat baru ketemu,apa nggak gondok tuh. Tanpa basa-basi dan pipi yang memerah merona gua pun lekas menambah laju motor pinjeman dari Mak Nung (tetangga gua yang baik hati) tuk segera sampai ke sana.
Begitu sampai gua sedikit bingung,karna hari ini-lah gua pertama kalinya menjejaki kaki di mall yang megah ini. Terdengar norak dan alay banget sih memang,tapi yah inilah gua. Gua memang jarang banget pergi ke Mall pasca lulus Sd,karna memang gua nggak suka jalan-jalan ke sana,nggak tau kenapa. Sesampai-nya di parkiran,puluhan atau bahkan jutaan motor..nggak..nggak..bener itu..Cuma ada delapan motor di depan gua dan dua motor di belakang gua yang sedang asyik menunggu antrian masuk ke parkiran. Gila,banyak banget motor di parkiran mall ini,pertanda kalau orang indonesia (khususnya Jakarta) hobi berbelanja. Gua aja sampe bingung mau gua taro di mana nih motor pinjeman yang ban belakangnya bisa break dance 80’s. Mata gua tertuju pada ruang kosong samping motor hijau dengan merk Yamahey.
“Siapa kah itu ? besar,hitam,dan....ups,bau keringet!” kata-kata itulah yang melintas dengan kecepatan 60 km/jam di otak gua ketika melihat seorang satpam berdiri di pinggiran pintu dengan sebuah alat yang bukan milik doraemon. Setelah langkah gua semakin dekat sebuah kalimat melintas lagi di otak gua dengan kecepatan 320 km/jam, “Ini pintu neraka apa pintu mall kok yang jaga-nya syaitan ?” ketika langkah gua semakin dan bertambah dekat,gua baru sadar yang gua tuju tersebut bukanlah pintu neraka ataupun mall melainkan pintu lubang buaya (garing banget sih fi).
Hanya satu yang terlintas di benak gua ketika masuk ke dalam mall ini yaitu dingin banget boo,hhe..orang kampung di suruh masuk mall,bisa masuk angin yang ada,hhe. Kepala gua di bikin puyeng ama nih mall yang anjir gede banget,perasaan Margo city Depok nggak gini-gini amat. gua sampe berkali-kali nyari di mana tuh tempat (Metro) berada. Akhirnya setelah berjalan,mondar-mandir nggak karuan di dalem mall yang dingin banget gua ketemu sama tuh Metro,tapi sayang gua Cuma ketemu pintu costumer jadi gua harus turun ke bawah dan mencari pintu karyawan yang ternyata terletak di luar gedung. Dan untungnya yang gua jelajahi ini adalah pasar modern a.k.a mall coba kalau ini pasar tradisional, bisa gempor kaki gua turun di tangga non-otomatis yang banyaknya minta ampun.
Ketemu juga tuh pintu. Wah,yang jaga pintu kali ini mengingatkan gua kepada pengibar bendera nazi yaitu om Adolf Hitler. Mulai dari potongan rambutnya,style pakaian yg ternyata adalah seragam staff Metro,pokoknya nih orang Hitler banget. Apa jangan-jangan dia keturunan Hitler yang konon mati di Surabaya itu ? gua nggak tau juga deh. Tapi nih orang tengal banget, apa karna gua belom kenal kali yeh. Tengal dalam arti anjir gua udah kaya bawahan dan dia atasan aje. Padahal mah gua sama dia sederajat,sama-sama jongos dan mengabdi pada satu tuan yaitu Uang. Tapi laga nya,AH!,pengen gua takol. Nggak cukup lima halaman buat ngbahas dia mah. Kita skip aja.
Pas gua naek tangga non-otomatis yang kira-kira berjumlah delapan tingkat itu, nafas gua langsung terengah-engah,maklum aja gua-kan straight edge alias bohongan edge alias lagi rokok adict. Dengan wajah yang tadinya imut,gua langsung melangkah ke seorang bapak-bapak berwajah aga jawa-jawa gimana gettoh (ih gaul banget) dan bertanya “Siang Pak, ruang HRD di mana yah?” dengan mata yang melirik ke atas dan kebawah dia pun menjawab dengan sok tegasnya “Ada perlu apa mas ?” “Saya mau bikin name tag” jawab gua yang mulai risih dengan harum nafas bapak ini, “Kok baru datang sekarang ?” “Iya,pak saya tadi kesasar,soalnya baru pertama kali ke Plaza Senayan” ungkap gua yang kali ini sudah siap dengan kepalan plus senyuman terpaksa, “HRD ada di ruang seberang,masuknya lewat sini (sambil menunjuk ke arah pintu masuknya Toko (Metro) ) ,rapihkan pakaian dan rambut kamu dulu!”. Ibarat ini film shinchan pasti di kepala gua udah turun air,tuwettt.
Gua melangkahkan kaki ke Toilet untuk berbenah diri seperti ingin menghadapi kekasih yang sudah lama di nanti, gua pun menyisir rambut yang lemah gemulai ini secara perlahan namun pasti. Rambut beres dan mantab nampak seperti Pasha Ungu. Eitssss,au,ah,,oh noooooo...gua pengen pipis. Pas gua mulai kencing di jamban modern (tau kan,benda yang banyak di toilet pria mall itu loh),tiba-tiba datang seorang lelaki paruh baya,yang mencoba melihat “punya” gua (kejadian ini tidak di rekayasa dan benar adanya). Risih langsung dan membuat “punya” gua langsung menciut derastis,hhe. Kalau aja gua bawa samurai atau nggak golok atau nggak lagi sapu lidi deh,udah gua rapihin tuh mukanya yang rada bopeng tapi coba di tambel dempul aspal. Baru kali ini gua di intipin laki-laki. Coba kalo tuh orang cewek,dengan bangganya pasti gua tunjukin “punya” gua,meski itu kecil adanya.
Setelah kecing selesai dan pria paruh baya itu sirna. Gua pun lekas menuju ruangan HRD yang terletak di seberang tempat gua berdiri. Hati gua deg-deg-an pas menarik pintu keluar dan itu terjadi dengan cepatnya. Ayo tebak apa yang terjadi ??? ayo...ah salah..yang terjadi adalah..eng..ing..eng...gua kedinginan lagi. Buset,badan gua yang Cuma di lapisi oleh kulit dengan ketebalan 5 cm ini harus di hantam oleh volume AC yang amat besat dari sebuah pusat berbelanja-nya orang-orang modern. Langkah gua sudah sampai di pintu itu,pintu HRD. Pintu terbuka dan nampaklah sesosok makhluk gaib,hhe...dia adalah bapak yang memiliki wajah jawa tadi. Tampangnye ketus banget seperti bantal yang habis di ilerin ama Adit (Adit : Adik gua paling kecil),kumel,bau pesing,dll. Perasaan gua mulai terasa amat tidak enak,pertanda akan terjadi sesuatu hari ini,hhmmm,kira-kira apayah?? Apa gua akan ketimpah rezeki ? atau gua akan pulang dengan membawa motor ?? itu mah sudah pasti orang gua berangkatnya naik motor,kalau gua pulang jalan kaki bisa abis gua di bantai Bang Didu (suami-nya Mak Nung). Oh tidak,jangan terjadi pada ku..pliss...jangan..aku mohon...(Ah lebay!!!).. HRD mengatakan sesuatu yang membuat keringat gua turun seperti air terjun niagara,deras seperti banjir yang melanda ibu kota,dan menyengat seperti bau sampah di bantar gerbang. “Surat perintah kamu masih di pending,coba kamu balik lagi ke Metro Pondok Indah,temui Mbak Enda (Mbak Endah : petugas screening di PIM) dan tanya kapan kamu bisa ambil name tag-nya,soalnya ini belum ada tanggalnya,balik sekarang aja supaya cepat!” itu lah kalimat yang membuat engsel di kaki kiri gua terasa ingin copot,dengan nada lesuh dan raut wajah aga menunduk sedikit gua pun menjawabnya “baik mbak,makasih yah!!!”. Seketika langkah gua terasa amat berat. Yaiyalah,udah nyasar,muterin jakarta empat kali,”Punya” gua di tengok orang pas kecing,ketemu para syaiton+koleganya yang mirip om Hitler dan sekarang gua harus pulang dengan tangan hampa dan harus balik ke PIM dulu lagi,ah gila!.
Dewi fortuna tak berpihak pada ku hari ini..eits tahan dulu alur ceritanya,siapa itu Dewi fortuna ??? gua gak kenal. Oke,lebih baik kita ganti dengan Dewa Budjana. Dewa Budjana tak berpihak pada ku hari ini (Itu lebih tepat karna gua kenal dan sering lihat orang itu di Tv,hhe).
Tanpa basa-basi lagi gua kembali melangkah ke parkiran untuk mengambil mobil (yang percaya ini berarti kalian telah idiot stadium 13). Mata gua banyak banget menangkap fenomena yang menggugah selera yaitu bertebaran-nya paha dan buah dada milik para wanita-wanita shopaholic. Semuanya ada disini, mau yang lokal apa impor ? tinggal pilih coy. Untungnya kemeja putih gua tertutup oleh jacket jadi mereka hanya melihat gua dengan celana bahan hitam plus sepatu pantofel mengkilap ala James Bond. Gua hanya berharap ketika wanita-wanita itu melirik ke arah gua dan mereka akan berkata “Ih Executive muda!,cool banget!,boleh minta no hp-nya nggak ?” itu hanya sebuah harapan yang lebih tepat di sebut ilusi siang hari,toh mereka tetap melihat gua yang sudah punya potongan SPB dari sejak gua berusia 9 bulan 2 hari.
Motor sudah gua ambil dan tujuan gua selanjutnya adalah Pondok Indah Mall atau yang biasa di sebut anak gaul jakarta,PIM. Setiap sudut Jakarta di hiasi oleh pawai kendaraan yang berjalan perlahan,membuat laju motor gua semakin tersendak-sendak. Matahari seperti sedang marah,panas nya menyengat hingga usus halus hingga hati. Kabut semakin tebal bertebaran di langit-langit ibu kota. Tak terhitung lagi, anak-anak dan ibu-ibu tua bercanda di setiap lampu merah yang gua lewati. Inilah potret nyata dari apa yang kita sebut sebagai ibu kota dari suatu negara besar nan kaya (katanya),Indonesia.
PIM sudah di depan mata. Gua tenggerkan sepeda motor pinjeman ini di halaman parkiran motornya yang terletak terpisah dari parkiran mobilnya. Kaki gua pun dengan sigap berjalan menuju sebuah pintu yang kali ini di jaga oleh seorang pria yang lumayan terlihat tidak terlalu buruk dari penjaga pintu yang sebelumnya gua temui. “Ada perlu apa mas ?” tanya staff Metro tersebut, “Mau ketemu HRD pak, Mau konfirmasi soal pengambilan name tag!” jawab gua yang mulai lelah akibat di penjara jakarta, “Silahkan keluarkan KTP mas!”. KTP-pun gua keluarkan. Gua pun langsung meniti tangga yang kali ini lebih sedikit dari tangga yang gua temui sebelumnya,bagus deh.
Terlihat sederatan SPG yang sebagian berparas cantik nan menggoda hati sedang melumuri wajahnya dengan blass on (bener gak sih tulisannya ?!),eyes shadow,dan lipstick. Terlihat juga sebuah ruangan yang di isi oleh karyawan-karyawan yang nampaknya sedang kelaparan sedang melahap sejumlah makanan yang di belinya : Kantin.
Pintu HRD sudah di depan mata. Begitu gua masuk gua sedikit bingung, mana nih orang yang gua cari,kok nggak nongol batang idungnye. Pas gua tengak-tengok, nggak taunya dia lagi menunduk seperti orang yang lagi di razia satpol pp karna ketauan berbuat mesum di kamar motel murahan. “Ada apa mas ?” tanya orang tersebut yang baru gua sadari raut wajahnya mirip dengan artis ibu kota yang sumpah narsis anjir,Fitri Tropika. “Saya mau tanya mbak,pengambilan name tag kapan ?soalnya di surat perintah ini belum tertulis mbak.” Sahut gua dengan sedikit menahan ketawa,sumpah nih orang mirip banget sama Fitri Tropika.
Surat perintah gua sudah di revisi. Tapi gua nggak punya energi untuk kembali ke Plaza Senayan lagi. Dan gua memutuskan untuk kembali ke sana pada esok hari.

Kronologis Hari ke dua “Di penjara Jakarta”
Hari kedua sama seperti hari pertama yang di isi oleh kemacetan jakarta,kabut tebal mewarnai langit,suara klakson kendaraan yang tak sabaran,dan kerongkongan gua yang haus. Tapi ada yang berbeda hari ke dua dengan hari pertama yaitu gua udah nggak nyasar lagi,hhe. Yaiyalah, kalau gua nyasar lagi,itu namanya gua tolol banget,gua kan cuma tolol tapi nggak banget.
Gua berharap pintu masuk karyawan,sudah tidak di jaga si Mr.Hitler wanna be lagi. Jadi akan rada lebih aman. Tapi..ups, gua salah dia ternyata masih jaga itu pintu. Gua lupa bawa kertas kosong lagi,gua pengen banget minta tanda tangan doi. Soalnya doi cool abis,Hitler banget,Nazi banget, dan mudah-mudahan bukan seorang penganut paham nazisme.
Seperti biasa,KTP gua tukar dengan nametag pengujung khusus Metro dan gua kembali menjelajahi tangga dengan delapan tingkat. Rasanya dengkul gua yang memang sudah kopong ini kepingin copot. Tanpa banyak basa-basi lagi,gua langsung tanya sama security di atas tentang ruang HRD yang sebenernya gua udah tau letaknya di mana. Tapi,karna biar lebih akrab lagi dan sopan tentunya,lebih baik gua tanya,hhe.
Sesampainya di HRD gua ketemu sama orang yang kayanya satu misi sama gua dalam membuat name tag. Nih orang berjenis kelamin pria tapi dari parfumnya itu rada ke ..ke..ke..Dorce gamalama gituh. Gua nggak tau pasti parfum apa yang dia pakai dan punya siapa. Tapi baunya lumayan untuk membunuh nyamuk dan kecoa. Surat perintah gua berikan ke seorang mbak-mbak yang mengingatkan gua pada tokoh Anggelica di serial kartun The Rugrats tapi plus kacamata. Dan beberapa menit kemudian nama gua di panggil “Alfian putra abdi!”. Mbak tadi menyuruh gua untuk mengeluarkan uang sebesar 47.000 untuk membayar name tag yang gua buat dan gua perjuangi dari kemarin itu. “Name tag aja mahal banget,katanya perusahan retail besar,payah banget nih Metro!” gumam gua dalam hati yang rada kesal. Dan setelah pembuatan name tag selesai, masih ada satu tahapan lagi yaitu orientasi. Sekilas dalam otak gua terpikir gua bakal di suruh nyanyi-nyanyi,buat yel-yel gajeba,pake empeng bayi,di kuncir pula,dan harus buat surat cinta ke salah satu SPG. Ternyata nggak, gua Cuma di suruh memperhatikan seorang ibu (ibu apa mbak yah??tapi dia tua tampangnya,ibu aja deh) yang tlah mengoperasikan sebuah mesin proyektor. Ah,nih ibu payah banget katanya staff,tapi ngoperasinalis Microsoft power point aja masih menclak-menclok. Di sebelah gua duduk seorang gadis (tadinya gua kira gadis nggak tau doi sudah nikah bo,gila bener) yang sedang memperhatikan laju bibir sang ibu tadi.
Kurang lebih 30 menit gua memperhatikan ibu itu bicara tentang sistem-sistem yang berlaku di Metro tapi nggak satu pun yang nyangkut di otak gua. Maklum,gua paling benci teori tek-tek bengek kaya gini,gua lebih enjoy kalau terori di barengin sama praktek jadi mudah tanggap. Setelah semua itu selesai. Ibu tadi menyuruh kita (gua dan seorang perempuan yang gua duga sebagai gadis tadi) untuk ikut salah satu security guna menjelejahi seisi toko. Jalan nih security kaya mau berak,cepet banget. Gua sih bisa ngimbangin tapi gadis yang taid duduk di sebelah gua nggak. Kesian banget ngliat doi pontang-panting ngejar langkah gua berdua (sorry girl). Security tadi rada ke ambon-ambon-an gimana gitu. Tutur bahasnya juga rada kaku,soalnya ketauan rada di paksain untuk berbicara baku,mungkin doi jaga image kali yah,tapi nggak tau juga deh,hhe. Muter-muter di dalem toko ngbuat gua jadi bahas penbicaraan plus ketawaan sejumlah SPG dan SPB yang sudah hatam duluan,sial!
Hampir dua puluh menit gua ngiterin tuh toko yang berjumlah empat lantai tanpa satu pun arahan yang di berikan sang guide (dalam hal ini : security). Kaki lumayan pegel,karna gua pake pantofel coy. Setelah itu gua langsung bergeas keluar gedung dan pulang.
Gua pikir penderitaan gua di Jakarta akan berakhir, ternyata tidak. Kali ini gua kembali di penjara Jakarta dengan hukuman hujannya. Hujan cukup deras dan menyita waktu gua untuk berdiam di depan pintu karyawan sambil memperhatikan beberapa ojek payung yang di dominasi oleh anak-anak di bawah umur. Tragis melihat mereka harus bekerja di hujan yang deras dan di barengi petir ini. Seharunya bukan mereka yang bekerja tapi orang tua mereka. Inilah bagian dari negri yang semraut ini,ekploitasi anak-anak terkadang di anggap sah dan di anggap juga sebagai solusi praktis menangani gejolak krisis ekonomi keluarga.
Hujan mulai menyerah. Gua pun bergeas ke parkiran mengambil motor. Keluar gedung cuaca kembali cerah dan sejuk sehabis hujan. Sesampainya gua di daerah Fatmawati. Hujan kembali murka tanpa balasan,dia kembali menghantam tubuh gua tanpa henti. Karna udah kepalang tanggung basah,gua pun memutuskan untuk kembali melanjutkan perjalanan tanpa pernah sekali pun berhenti untuk berteduh.
Begitu sampai di rumah. Gua langsung memulangkan motor yang kembali gua pinjam dari Mak Nung (maaf yang Mak Nung ngrepotin,ntar gaji pertama gua beliin martabak deh,hhe). Baju,tas,uang 1000,celana dalem,dan kaos kutang gua basah semua. Gua pun memutuskan untuk mandi untuk kemudian di lanjutkan denga tidur menanti esok.

Itulah sekrumit kisah perjalanan gua dalam proses pengambilan name tag. Sebetulnya gua rada males kerja di tempat beginian (Metro) karna sistem gawenya hirarkis abis. Tapi apa boleh buat kali ini gua menyerah dan memutuskan untuk melacurkan tenaga gua untuk bekerja di sana. Itung-itung buat nyari modal. Karna niarnya gua pengen buka usaha. Menjadi wirausaha gua rasa sangat cool dari pada menjadi seorang karyawan. Yah,dari pada gua cuma bisa janji sama diri gua untuk buka usaha sendiri tapi nggak pernah gua realisasikan. Lebih baik gua ambil jalan ini untuk sementara sampai gua mendapatkan modal bukan usaha.
Sekian.....(Alfian)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar