Recent News

Selamat datang kawan di blog personal saya. Semoga anda tidak muntah membaca semua postingannya.

Selasa, 23 November 2010

Asyiknya Melapak Zine Part 2

Wew. Akhirnya lapak zine gua yang kedua terbilang sukses. Orang-orang sudah mulai antusias dengan zine-zine yang gua lapakin. Meski nggak di beli tapi setidaknya mereka sudah mau meluangkan waktunya sedikit buat jongkok sambil baca-baca dikit. Itu membuat semangat gua menjadi tambah membara untuk melanjutkan aksi lapak melapak zine ini.
Lapak kali ini bertepatan sama shownya band Hardcore duafa asal kota Depok yaitu Comeback Attack di Magical cafe,Depok,pada tanggal 20 November kemarin. Dan masih menjadi satu dengan lapakan emblem dan kaosnya Boy. Dengan uang hasil melapak pada minggu kemarin,gua berhasil memphotocopy 8 zine (empat zine gua (Bungkam Suara) dan sisanya zine kawan-kawan yang lainnya).
Tidak seperti pada lapakan yang pertama di mana persiapan amat sangat mendadak,kali ini gua udah persiapkan masak-masak. Mulai dari zine yang gua photocopy satu hari sebelum hari H hingga alas untuk menempatkan semua zine-zine gua. Begitu sampai di venue. Gua langsung mengajak boy untuk view spot yang pas. Dan akhirnya pilihan jatuh pada sebuah ruang dekat tiang yang tak jauh dari tangga utama menuju venue di mana gigs tersebut berlangsung. Beberapa teman juga sempat menitipkan beberapa stuffnya ke lapakan kami. Oh yah,kali ini partnernya boy adalah si Rio.

Kamis, 04 November 2010

Di Atas Garis Kebimbangan

Satu kesalahan telah di rajut dengan tangan ku sendiri. Dan menghasilkan ribuan kodi bahan berpola penyesalan. Menghantarkan diri ke persimpangan yang kaya akan cabang. Pikiran entah lari kemana. Tujuan samar tak terlihat. Ke kiri atau ke kanan. Invasi kebimbangan telah cepat melumat otak. Membuat hati tak bisa bergerak dan lekas mengambil pedang keputusan guna memutuskan rantai kebimbangan agar diri terbebas dari tembok penyesalan. Diri hanya bisa berretorika dengan sebuah kalimat klasik : Maaf. meski diri tau itu belum cukup tajam untuk memutuskan rantai,belum cukup kuat untuk merobohkan tembok penyesalan. Pada akhirnya,diri terjebak pada ruang sempit. Tak ada cahaya dan tak ada yang bisa di lakukan kecuali mengharapkan ribuan tombak memenuhi tembok dan merobohkannya. Permasalahan baru menghinggap di pikiran. Sebuah tanda tanya besar terlukis jelas di wajah,siapakah orang yang akan melesatkan tombak itu ?

Tembok Ku Di Ujung Mesin Buldoser

Semua yang telah di bangun hampir tiga tahun kini semuanya tinggal siap gusur dan menjadi puing. Apa harus berakhir seperti itu kah tembok yang kita bangun bersama dari bata pertama? Nampaknya iya. Kurangnya bahan material dalam mengerjakan tembok ini agar tetap berdiri kokoh membuat tembok ini terbengkalai. Aku tak bisa menutup semua kebolongan di tembok itu karna memang aku tak punya cukup semen dan pasir untuk menambalnya,sial. Hanya sisa tiga bata. Aku sudah kehilangan dua bata. Itu membuat tembok ini terlihat ringkih. Aku hanya bisa meminjam beberapa bata dari tembok tetangga. Namun itu rasanya berbeda. Karna aku harus membayar sewa. Bukan dengan uang ataupun benda. Tapi dengan waktu. Karna aku tak bisa memiliki bata itu sepenuhnya. dan terkadang aku pun harus mempertahankan tembok itu meski hanya tersisa tiga bata. Nampaknya,aku harus beristirahat sejenak mengambil sela untuk berhafas. Memikirkan langkah ke depan demi keberlangsungan tembok ini.