Recent News

Selamat datang kawan di blog personal saya. Semoga anda tidak muntah membaca semua postingannya.

Jumat, 23 September 2011

Gig Report : Muara Senja

Pertama kali melihat flayer acara ini yang tertempel di tembok-tembok dekat kampus gua dan membaca isi acaranya, tanpa pikir panjang lagi gua pun langsung memasukan acara ini kedalam agenda wajib untuk dikunjungi minggu ini.

Tertulis dalam flayer tersebut, "Diskusi "Musik Sebagai Kritik Sosial" yang menghadirkan tiga perwakilan dari objek yang akan dibahas yakni Rhoma Irama,Iwan Fals,dan Slank sebagai icon dari musik kritik sosial negri ini. Dengan ditambah live perfomance dari beberapa band ibu kota seperti Efek Rumah Kaca,Bangku Taman,Nunung CS,Payung Teduh,Risky Summerbee & the Honeythief,dan Siak NG. Membuat gua melupakan penampilan Second Combat (sxe hardcore asal Malaysia) yang untuk kesekian kalinya manggung di Jakarta dan juga melupakan bermain futsal bersama teman-teman kampus.

Gua datang bersama Tiara sekitar pukul 15.00 acara dijadwalkan mulai dari pukul 14.00 dan gua sudah paham betul jam orang Indonesia itu seperti apa. Maka dari itu gua memilih untuk mengulur waktu sedikit untuk datang tepat waktu. Sampainya disana nampak panitia masih sibuk mempersiapkan berbagai kebutuhan demi kelangsungan acaranya tersebut. Beberapa orang juga tengah sibuk menyulap stand yang di berikan panitia untuk di hias sedemikian mungkin dengan berbagai ornamen-ornamen serta stuff-stuff yang siap mereka jajakan. Sementara gua memilih duduk di sebuah pelataran depan Starbucks coffee. Gua dan Tiara sempat terheran-heran ketika menyadari di dalam kampus UI berdiri kokoh kedai kopi asal US tersebut. Jadi serasa sedang berasa di GI (Grand Indonesia) dan bukan di UI saja gumam gua dalam hati.

Tak berapa lama kemudian dari arah yang cuma terpaut sekitar 50M dari tempat gua berpijak. Terdengar riuh suara dari satu wanita dan satu pria yang ternyata bertindak sebagai MC pada acara tersebut. Mereka sedang membuka acara. Sepertinya ini kali pertama mereka bertindak sebagai MC. Terlihat kadang keganjilan-keganjilan pada setiap tingkah laku dan tutur bahasa yang terkadang terbata-bata dan tidak terrespon dengan baik oleh salah satu dari mereka sewaktu salah satu dari mereka mencoba membangun interaksi.

Gua dan Tiara pergi sejenak untuk mengkopi zine yang gua buat di daerah Pondok Cina, tak terlalu jauh dari TKP. Sesampainya gua kembali dari fotokopi, ternyata diskusi sudah dimulai. Kali ini pembicara datang dari perwakilan Rhoma Irama yakni Sulaiman Harahap. Sulaiman menuturkan eksistensi serta resistensinya Rhoma Irama di dalam bermusik, terutama di musik melayu. Rhoma Irama sendiri pada diskusi kali itu di daulat menjadi maskot musik kritik sosial untuk era tahun 70an (koreksi saya jika salah). Kemudian untuk era selanjutnya, Iwan Fals lah yang didaulat. Kini Yoga Mohammad (The Bobrocks) yang menjadi pembicara serta perwakilan dari Iwan Fals. Sebelum masuk kemateri yang lebih dalam lagi. Ia sempat bercerita sedikit tentang awal perkenalannya dengan Iwan Fals sampai pada ia pernah di "bredel" oleh ibunya sendiri karna menyanyikan sepenggal lirik Iwan Fals dari lagu yang berjudul Sugali. Barulah kemudian ia mulai menuturkan hal yang sama dengan apa yang Sulaiman Harahap tuturkan. Setelah Yoga, Fahmi Firmansyah yang mewakili Slank sebagai pembicara. Fahmi sedikit lebih tegang serta gugup nampaknya dibanding pembicara yang lain. Berulang kali ia mengucapkan "Ee.." setiap kali ia berbicara. Diskusi berjalan cukup menyenangkan dengan adanya beberapa penanya dengan pertanyaannya yang menarik. Dan pertanyaan yang lebih menarik adalah ketika Adit, seorang penanya, bertanya tentang sikap Slank yang berkompromi dengan salah satu produk milik Abu Rizal Bakrie. Itu adalah pertanyaan yang kick ass banget menurut gua.

Hari mulai menapaki senja. Setelah diskusi berakhir. Saatnya live performance band-band. Seperti biasa live performance band lebih keren dari pada diskusi itu sendiri. Yang menurut gua diskusi adalah inti terbesar dari acara ini dan live performance band adalah selingannya. Nampaknya itu terbalik untuk beberapa orang. Bisa dilihat jumlah orang yang menghadiri diskusi cenderung lebih sedikit ketimbang waktu live performance band berlangsung. But, it's not big problem.

Gua melewati penampilan solo Yoga tanpa bandnya, The Bobrocks, karna keliling melihat-lihat stand-stand yang tersedia. Dan baru kembali saat Nunung CS akan melangsungkan setnya. Diawali dengan Tung Kripik dan beberapa tembang Rhoma Irama seperti Begadang dan Terajana. Aksi Kamal (Vokalis) benar-benar membuat semua orang yang datang pada waktu itu terbahak-bahak. Mereka menjadi band penutup di waktu senja. Dengan hits, Abang Gorengan, yang menjadi penyempurna aksi mereka.

Selesai Magrib, ada Siak NG. Tampil dengan bertelanjang dada,rambut gondrong,pokoknya mereka rock n roll banget lah. Tapi sayang aksi performance-nya kurang begitu bagus. Vokalisnya terlalu garing sehingga terus-menerus berinferior ria. Seharusnya tidak perlu juga merendah diri begitu hanya untuk menutupi ketegangan atau demam panggung. Jika memang tidak pandai untuk berbicara, ada baiknya diam dan memperhatikan teman-temannya yang lain selesai mempersiapkan setnya. Kalau dipaksakan seperti itu jatuhnya garing. Ini cuma sedikit masukan. Mereka mengcover dua buah lagu Slank, yang sayangnya gua lupa judulnya apa. Crowd sempat mendadak jadi dingin pada waktu itu. Terbawa aura dari sang penampil, mungkin.

Trio mahasiswa dari FIB UI datang menjadi selingan di sela-sela live performance band dengan membacakan sajak karya WS.Rendra yang berjudul Nyanyian Angsa. Two Thumbs for Three boys.

Crowd sedikit memanas meski band selanjutnya yang tampil akan meneduhkan kita semua yang ada disana. Payung Teduh, band "jebolan" FIB UI yang kali ini siap menghajar gendang telinga kita semua. Mereka menghentak penonton dengan berbagai hits yang mereka punya seperti Berdua Saja, Kita adalah sisa-sisa keikhlasan yang tak diikhlaskan sampai Resah mereka bawakan. Gua pun menikmati penampilan mereka yang meski Is (vokalis&gitaris) bilang PT jarang sekali latihan. Sepertinya penonton yang lain pun seperti merasakan hal yang gua rasakan juga. Itu terbukti mereka meminta satu lagu lagi sewaktu PT menyelesaikan setnya malam itu. Dan PT pun mengabulkannya. Sentak semua penonton merasa seperti baru saja mendapatkan lotre berjuta-juta.

Selesai PT ada BangkuTaman. Band folkrock yang pada bulan Agustus lalu menghadiri Bay Beats Festival di Singapura itu kini siap menggetarkan gendang telinga penonton. Waktu BT main gua kehilangan fokus karna terbentur sedikit problem personal dengan Tiara. Alhasil, gua kurang begitu menikmati penampilan mereka. Yang gua tau mereka menutup aksi dengan hitsnya, Ode Buat Kota.

Selanjutnya ada band yang masih awam ditelinga gua yakni Risky Summerbee & the Honeythief dari Jogyakarta. Jujur, gua baru tau mereka pada acara Muara Senja ini. Dan gua suka. Mereka memainkan blues yang di mix oleh berbagai varian genre musik seperti folk dan psychedelic. Gua sempat mengkontak Fanpage mereka di FB menanyakan cdnya. Dan mereka bilang cd mereka bisa di dapat pada stand Demajors kemarin. Asli, gua nyesel banget karna telah melewati itu. Tapi atas saran mereka, gua berhasil mendapatkan rilisan digitalnya di YesNoWave. Oke,balik ke reportase Muara Senja-nya. Mereka tampil sangat powerfull sehingga mampu membakar para penonton. Gua pun merasa terpanaskan oleh aksi mereka. Kurang lebih mereka menyajikan enam lagu yang sangat-sangat gua nikmati. Tracks favorit gua kemarin adalah All Survive In The End dimana pada track itu Risky beralih dari gitar ke keyboard dan iya terus bernarasi dengan bahasa inggris.

Penghujung acara telah tiba. Kali ini ditutup oleh Efek Rumah Kaca. Yah semua orang merapat dan nyaris tak ada celah untuk melihat mereka. Selalu begitu. Tidak heran. Mereka masih tampil tanpa Adrian dan masih menggunakan Hans dari C'mon Lennon sebagai Additional Bass. Mereka juga membawakan satu buah lagu yang nantinya akan menjadi bagian di album ketiga mereka, Hilang, dan tidak seperti ketika gua melihat penampilan mereka di Blues4Freedom bulan Juli lalu, di single Hilang kali ini Aco yang biasanya mengurus segala macam merch ERK ikut serta membacakan daftar-daftar orang-orang yang telah "Hilang". Dibuka oleh Kamar Gelap dan ditutup oleh Desember. Mereka menghabiskan sekitar kurang lebih sepuluh lagu malam itu. Saat mereka menyelesaikan setnya. Penonton kembali pada atmosfir waktu PT main, penonton minta lebih. Namun nampaknya Cholil Cs sudah terlalu lelah atau karna faktor apa, entahlah. Permintaan itu tak di turuti.

Overall, gua puas datang ke acara Muara Senja dari sore sampe malam. Good discussion. Good bands. and good event. :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar