Recent News

Selamat datang kawan di blog personal saya. Semoga anda tidak muntah membaca semua postingannya.

Selasa, 04 Januari 2011

Ayah Ku Tak Seberuntung Gayus

Ayah ku sudah lebih dari sepuluh tahun bekerja sebagai pegawai negri sipil di Direktorat Pajak. Sebagai seseorang yang mengkantongi ijazah SMU,ia termasuk orang yang beruntung bisa menjabat sebagai pegawai negri sipil kala itu. Jika sekarang sesuatu yang sama bisa terjadi pada kita yang hanya mempunyai ijazah SMU untuk bisa menjadi pegawai negri sipil,tentunya itu akan sedikit kemungkinan untuk terwujud.
Namun,keberuntungan ayah ku itu belum seberuntung teman seprofesinya yaitu Gayus Tambunan. Ayah ku pernah bilang,Gayus itu masih tergolong anak baru dan kalah lama bekerja di Direktorat Pajak ketimbang ayah ku. Aku berfikir,seseorang yang masih tergolong baru saja bisa melakukan hal gila seperti itu. Dari hasil pemikiran itu,aku pun mengkajinya menjadi sebuah imaji,andaikan ayah ku seperti Gayus ? yah aku tahu,itu adalah sebuah pemikiran yang berevolusi menjadi sebuah ketololan.
Gayus sang tikus kantor itu memang terbilang beruntung. Setelah ia berhasil memakan uang kotor yang tak sedikit nilainya,ia juga masih bisa melakukan perjalanan wisata ke berbagai negara meski statusnya adalah tersangka,itu keren. Sedangkan ayah ku apa ? ayah ku masih menjalani hukuman satu tahun karna perbuatannya yang korupsi waktu (ingat sekali lagi bukan uang tapi waktu). Beberapa tahun silam,ayah ku mendadak malas masuk kerja dan mengakibatkannya mendapakan sangsi,sebuah hukuman yang membawa dampak besar pada keluarga kami hingga saat ini.
Upah ayah ku sebagai pegawai negri sipil terpaksa harus di potong untuk menebus kesalahaanya pada beberapa waktu itu. Dengan upah yang yang sudah terlebih dahulu di potong itu,keluarga kami harus berulang kali memutar otak untuk mengakali kekurangan ini. alhasil,ibu ku harus bersusah payah meminjam sana dan sini untuk menutupi semua itu. Dan rencana kuliah ku pun harus di batalkan karna masalah ini. aku sih tak ada masalah akan hal itu. Kuliah bisa kapan saja dan fikir ku.
Bayangkan dengan upah yang di potong menjadi sebesar dua juta (kalau tidak salah) perbulannya harus mampuh menghidupi lima orang kepala. Terlebih pada kala itu saya masih bersekolah. Adik saya yang perempuanpun masih bersekolah. Sedangkan adik kami yang paling kecil pun harus masuk sekolah juga. Biaya sekolah kami bertiga tidaklah murah. Uang senilai dua juta itu harus di pecah untuk berbagai keperluan seperti biaya sekolah,makan,dan listrik. Yah,itu sangatlah sulit. Tapi untungnya masa hukuman itu sudah hampir selesai. Dan upah ayah ku akan kembali normal.
Akupun mulai berfikir kembali “hukuman untuk orang yang korupsi waktu lebih berat ketimbang orang yang korupsi uang !!!” . negri ini memang gila. Seseorang yang korupsi uang masih saja bisa hidup makmur,jalan-jalan keluar negri. Sedangkan seseorang yang korupsi waktu harus bersusah payah,berjuang putar balikan otak,banting tulang untuk bisa bertahan hidup. Ayah ku memang tak seberuntung Gayus.
Terlepas dari siapa yang paling beruntung. Kita harus bisa sama-sama mengetahui bahwasanya korupsi (dalam bentuk apapun) itu akan membawa dampak buruk. Terlebih negri kita ini negri hukum,hukum manusia,uang adalah rajanya. Jangan coba-coba “bergaya” apabila kau tak punya cukup harta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar